Rabu, 02 Desember 2015

contoh text khutbah idul adha



TEKS KHUTBAH IDUL ADHA
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
            Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam.
            Shalawat dan salah semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
            Salah satu yang amat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan yang  baik adalah keteladan dari figur-figur yang bisa diteladani. Dengan adanya keteladan, kita memiliki tolok ukur untuk menilai apakah perjalanan hidup kita sudah baik atau belum. Karena itu, hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarga Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di tanah suci, dalam kesempatan khutbah yang singkat ini ada empat hikmah yang menjadi isyarat bagi kaum muslimin untuk mewujudkannya dalam kehidupan ini, apalagi bagi kita bangsa Indonesia yang masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pertama, Tinggalkan Yang Haram, dan Lakukan Yang Halal. Sebagaimana kita ketahui, ibadah haji dimulai dengan ihram dan diakhiri dengan tahallul. Saat ihram, pakaian yang dikenakan jamaah adalah kain putih tak berjahit, yang melambangkan kain kafan yang nanti akan dikenakan disekujur tubuhnya ketika akan kembali kepada Allah swt pada saat kematiannya. Pakaian ihram yang putih-putih itu juga melambangkan tidak adanya perbedaan dimata Allah diantara sesama manusia. Segala perbedaan harus ditanggalkan dalam arti jangan sampai memiliki fanatisme secara berlebihan seperti perbedaan suku, organisasi, partai politik, paham, status sosial, ekonomi atau profesi. Kesatuan dan persamaan merupakan sesuatu yang harus diutamakan dalam upaya menegakkan kebenaran, bahkan siap mempertanggungjawabkan segala yang dilakukannya. Pakaian ihram juga melambangkan kesiapan berdisiplin dalam menjalankan kehidupan sebagaimana yang ditentukan Allah swt, hal ini karena selama berihram, jamaah haji memang berhadapan dengan sejumlah ketentuan, ada yang boleh dan ada yang tidak boleh dilakukan. Dengan demikian, seorang haji semestinya selalu disiplin menjalankan syariat Islam dan siapapun yang menjalankan syariat Islam mendapat kedudukan yang terhormat, karena kehormatan manusia bukanlah terletak pada pakaiannya, tapi pada ketaqwaannya dihadapan Allah swt. Bila ihram maknanya adalah pengharaman dan tahallul maknanya adalah penghalalan, maka seorang haji siap meninggalkan yang diharamkan Allah swt dan hanya mau melakukan sesuatu bila memang dihalalkan. Ini merupakan prinsip yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, bahkan setiap manusia. Karena itu amat tercela bila ada orang ingin mendapatkan sesuatu yang tidak halal dengan memanfaatkan jalur hukum sekadar untuk mendapatkan legalitas hukum agar terkesan menjadi halal, padahal keputusan hakim sekalipun tetap saja tidak bisa mengubah sesuatu yang tidak halal menjadi halal, Allah swt melarang keras hal ini dalam firman-Nya:
وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ 
Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).
Allahu Akbar 3X Walillahilmamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Kedua, hikmah yang harus kita raih adalah Bergerak Untuk Kebaikan dan Berkorban. Ibadah haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari rumahnya menuju ke asrama haji, hanya beberapa jam di asrama haji, para jamaah harus bergerak lagi menuju Bandara, sesudah naik pesawat, mereka diterbangkan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dari Jeddah para jamaah harus bergerak lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk selanjutnya Menuju Makkah, sedangkan bagi jamaah gelombang kedua para jamah langsung ke Makkah. Disana jamaah langsung menunaikan umrah hingga tahallul. Selama beberapa hari di Makkah, para jamaah sudah harus bergerak lagi untuk melaksanakan puncak ibadah haji, mereka harus bergerak lagi menuju Arafah untuk wuquf, malam harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu, keesokan harinya melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Makkah, kembali lagi ke Mina untuk melontar hingga selesai, lalu kembali lagi ke Makkah untuk bersiap meninggalkan Makkah menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan Makkah, para jamaah bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf perpisahan dengan Ka’bah. Dari rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan resiko yang paling besar adalah saat melontar yang melambangkan perlawanan atau peperangan melawan syaitan.
Dari rangkaian ibadah haji, kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim apalagi mereka yang sudah menunaikan haji seharusnya mau bergerak dan menjadi tokoh-tokoh pergerakan untuk memperbaiki keadaan dan kualitas umat Islam. Setiap muslim harus bergerak untuk mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak untuk menyebarkan, menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, bergerak untuk memberantas kemaksiatan dan kemunkaran. Ini semua menunjukkan bahwa seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang pasif, diam saja menerima kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah swt atas apa yang akan diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dimuliakan Allah swt.
Ketiga, Jadikan masjid sebagai Pusat pergerakan. Ibadah haji dan rangkaian ibadah lainnya berpusat di masjid. Ketika jamaah haji kita mendapat kesempatan untuk berziarah ke Madinah, maka seluruh jamaah berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat berjamaah yang lima waktu di masjid Nabawi, bahkan sampai ditargetkan mencapai angka arbain (40) waktu meskipun hal ini tidak menjadi bagian dari ibadah haji. Oleh karena itu, sebagai muslim setiap kita harus memiliki ikatan batin dengan masjid yang membuat kita mau mendatangi masjid setiap hari untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah, khususnya bagi laki-laki, ikatan batin kita yang kuat kepada masjid membuat kita akan menjadi orang yang dinaungi Allah swt pada hari kiamat, Rasulullah saw bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ.
Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena itu aneh sekali bila ada lelaki muslim tapi sehari-hari tidak suka dan tidak mau datang ke masjid. Karena tidak mau dipertanyakan keimanannya benar apa tidak, maka pada zaman Nabi Muhammad saw, orang munafik yang sudah mengaku berimanpun akhirnya datang juga ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah, namun hati mereka terasa berat dan malas, Allah swt berfirman:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً   
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS An Nisa [4]:142).
Bila setiap lelaki muslim saja harus berusaha untuk selalu menunaikan shalat berjamaah di masjid, apalagi bila ia sudah melaksanakan ibadah haji. Karena seorang haji yang sudah menyempurnakan keislamannya seharusnya bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat di sekitarnya.
Pelajaran Keempat, yang kita peroleh dari Nabi Ibrahim as adalah keinginannya yang amat besar untuk memiliki ilmu, menjadi pribadi yang shaleh dan menjadi bahan pembicaraan yang baik bagi generasi yang akan datang, hal ini tercermin dalam doanya yang disebutkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:
رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي اْلآخِرِينَ   
(Ibrahim berdo'a): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, (QS As Syu’ara [26]:83-84)
Dalam tafsir Al Mishbah, kata hukman dipahami oleh al-Biqai berarti amal ilmiah, yakni amal yang baik berdasar ilmu. Sunnguh sangat mulia pada diri Nabi Ibrahim yang berdoa meminta ilmu dan pemahaman agar selalu menjalani kehidupannya di jalan Allah swt. Namun yang amat disayangkan adalah banyak orang yang meminta ilmu kepada Allah, bahkan sampai memiliki gelar kesarjanaan tertinggi tetapi ilmu tersebut diamalkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan malah mendatangkan dosa. Karena itu dengan ilmu manusia bisa saja masuk surga dengan selamat dan dengan ilmu juga manusia bisa saja masuk neraka jika ilmunya digunakan untuk hal-hal yang negatif, bahkan memperoleh siksa yang lebih dahsyat
Ma’asyiral Muslimin
Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan marilah kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita diterima. Semoga kita yang disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan semua. Amien
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar