TEKS KHUTBAH IDUL ADHA
الله أكبر الله أكبر
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ
إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir
pada pagi ini dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini
bersamaan dengan kehadiran sekitar tiga sampai empat juta jamaah haji dari
seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.
Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada kita, yakni
nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salah semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta
keluarga, sahabat dan para pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga
hari kiamat nanti.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum
Muslimin Yang Berbahagia.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan yang baik
adalah keteladan dari figur-figur yang bisa diteladani. Dengan adanya
keteladan, kita memiliki tolok ukur untuk menilai apakah perjalanan hidup kita
sudah baik atau belum. Karena itu, hari ini kita kenang kembali manusia agung
yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as
beserta keluarga Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita
bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah swt
berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ
اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Dari sekian
banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang
sedang berlangsung di tanah suci, dalam kesempatan khutbah yang singkat ini ada
empat hikmah yang menjadi isyarat bagi kaum muslimin untuk
mewujudkannya dalam kehidupan ini, apalagi bagi kita bangsa Indonesia yang
masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pertama, Tinggalkan Yang Haram, dan Lakukan Yang Halal. Sebagaimana kita
ketahui, ibadah haji dimulai dengan ihram dan diakhiri dengan tahallul. Saat
ihram, pakaian yang dikenakan jamaah adalah kain putih tak berjahit, yang
melambangkan kain kafan yang nanti akan dikenakan disekujur tubuhnya ketika
akan kembali kepada Allah swt pada saat kematiannya. Pakaian ihram yang
putih-putih itu juga melambangkan tidak adanya perbedaan dimata Allah diantara
sesama manusia. Segala perbedaan harus ditanggalkan dalam arti jangan sampai
memiliki fanatisme secara berlebihan seperti perbedaan suku, organisasi, partai
politik, paham, status sosial, ekonomi atau profesi. Kesatuan dan persamaan
merupakan sesuatu yang harus diutamakan dalam upaya menegakkan kebenaran,
bahkan siap mempertanggungjawabkan segala yang dilakukannya. Pakaian ihram juga
melambangkan kesiapan berdisiplin dalam menjalankan kehidupan sebagaimana yang
ditentukan Allah swt, hal ini karena selama berihram, jamaah haji memang
berhadapan dengan sejumlah ketentuan, ada yang boleh dan ada yang tidak boleh
dilakukan. Dengan demikian, seorang haji semestinya selalu disiplin menjalankan
syariat Islam dan siapapun yang menjalankan syariat Islam mendapat kedudukan
yang terhormat, karena kehormatan manusia bukanlah terletak pada pakaiannya,
tapi pada ketaqwaannya dihadapan Allah swt. Bila ihram maknanya adalah
pengharaman dan tahallul maknanya adalah penghalalan, maka seorang haji siap
meninggalkan yang diharamkan Allah swt dan hanya mau melakukan sesuatu bila
memang dihalalkan. Ini merupakan prinsip yang harus dilaksanakan oleh setiap
muslim, bahkan setiap manusia. Karena itu amat tercela bila ada orang ingin
mendapatkan sesuatu yang tidak halal dengan memanfaatkan jalur hukum sekadar
untuk mendapatkan legalitas hukum agar terkesan menjadi halal, padahal
keputusan hakim sekalipun tetap saja tidak bisa mengubah sesuatu yang tidak
halal menjadi halal, Allah swt melarang keras hal ini dalam firman-Nya:
وَلاَ تَأْكُلُواْ
أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُواْ بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ
لِتَأْكُلُواْ فَرِيقاً مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإِثْمِ وَأَنتُمْ
تَعْلَمُونَ
Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim
supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).
Allahu
Akbar 3X Walillahilmamdu.
Kaum
Muslimin Rahimakumullah.
Kedua, hikmah yang harus kita raih adalah Bergerak Untuk Kebaikan dan
Berkorban. Ibadah haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari
rumahnya menuju ke asrama haji, hanya beberapa jam di asrama haji, para jamaah
harus bergerak lagi menuju Bandara, sesudah naik pesawat, mereka diterbangkan
menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dari Jeddah para jamaah harus bergerak
lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk selanjutnya Menuju
Makkah, sedangkan bagi jamaah gelombang kedua para jamah langsung ke Makkah.
Disana jamaah langsung menunaikan umrah hingga tahallul. Selama beberapa hari
di Makkah, para jamaah sudah harus bergerak lagi untuk melaksanakan puncak
ibadah haji, mereka harus bergerak lagi menuju Arafah untuk wuquf, malam
harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan mengumpulkan batu, keesokan harinya
melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Makkah, kembali lagi ke Mina untuk melontar
hingga selesai, lalu kembali lagi ke Makkah untuk bersiap meninggalkan Makkah
menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan Makkah, para jamaah
bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf perpisahan dengan Ka’bah.
Dari rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan resiko yang paling besar
adalah saat melontar yang melambangkan perlawanan atau peperangan melawan
syaitan.
Dari rangkaian
ibadah haji, kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim apalagi mereka
yang sudah menunaikan haji seharusnya mau bergerak dan menjadi tokoh-tokoh
pergerakan untuk memperbaiki keadaan dan kualitas umat Islam. Setiap muslim
harus bergerak untuk mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak untuk
menyebarkan, menegakkan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, bergerak
untuk memberantas kemaksiatan dan kemunkaran. Ini semua menunjukkan bahwa
seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang pasif, diam saja menerima
kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih
tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah swt atas apa
yang akan diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.
Allahu
Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah
Shalat Id Yang Dimuliakan Allah swt.
Ketiga, Jadikan masjid sebagai Pusat pergerakan. Ibadah haji dan rangkaian
ibadah lainnya berpusat di masjid. Ketika jamaah haji kita mendapat kesempatan
untuk berziarah ke Madinah, maka seluruh jamaah berbondong-bondong untuk
melaksanakan shalat berjamaah yang lima waktu di masjid Nabawi, bahkan sampai
ditargetkan mencapai angka arbain (40) waktu meskipun hal ini tidak menjadi
bagian dari ibadah haji. Oleh karena itu, sebagai muslim setiap kita harus
memiliki ikatan batin dengan masjid yang membuat kita mau mendatangi masjid
setiap hari untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah, khususnya
bagi laki-laki, ikatan batin kita yang kuat kepada masjid membuat kita akan
menjadi orang yang dinaungi Allah swt pada hari kiamat, Rasulullah saw
bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ
اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَظِلَّ اِلاَّظِلُّهُ:..وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ
بِالْمَسْجِدِ إِذَاخَرَجَ مِنْهُ حَتَّى يَعُوْدَ اِلَيْهِ.
Ada tujuh
golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan
kecuali dari Allah: …seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika
ia keluar hingga kembali kepadanya (HR. Bukhari dan Muslim).
Karena itu aneh
sekali bila ada lelaki muslim tapi sehari-hari tidak suka dan tidak mau datang
ke masjid. Karena tidak mau dipertanyakan keimanannya benar apa tidak, maka
pada zaman Nabi Muhammad saw, orang munafik yang sudah mengaku berimanpun
akhirnya datang juga ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah, namun hati
mereka terasa berat dan malas, Allah swt berfirman:
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى
الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ
إِلاَّ قَلِيلاً
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali (QS An Nisa [4]:142).
Bila setiap
lelaki muslim saja harus berusaha untuk selalu menunaikan shalat berjamaah di
masjid, apalagi bila ia sudah melaksanakan ibadah haji. Karena seorang haji
yang sudah menyempurnakan keislamannya seharusnya bisa menjadi contoh yang baik
bagi masyarakat di sekitarnya.
Pelajaran
Keempat, yang kita peroleh dari Nabi Ibrahim as adalah keinginannya yang
amat besar untuk memiliki ilmu, menjadi pribadi yang shaleh dan menjadi bahan
pembicaraan yang baik bagi generasi yang akan datang, hal ini tercermin dalam
doanya yang disebutkan oleh Allah swt dalam firman-Nya:
رَبِّ هَبْ لِي
حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي
اْلآخِرِينَ
(Ibrahim
berdo'a): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke
dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik
bagi orang-orang (yang datang) kemudian, (QS As Syu’ara [26]:83-84)
Dalam tafsir Al
Mishbah, kata hukman dipahami oleh al-Biqai berarti amal ilmiah, yakni
amal yang baik berdasar ilmu. Sunnguh sangat mulia pada diri Nabi Ibrahim yang
berdoa meminta ilmu dan pemahaman agar selalu menjalani kehidupannya di jalan
Allah swt. Namun yang amat disayangkan adalah banyak orang yang meminta ilmu
kepada Allah, bahkan sampai memiliki gelar kesarjanaan tertinggi tetapi ilmu
tersebut diamalkan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan malah mendatangkan
dosa. Karena itu dengan ilmu manusia bisa saja masuk surga dengan selamat dan
dengan ilmu juga manusia bisa saja masuk neraka jika ilmunya digunakan untuk
hal-hal yang negatif, bahkan memperoleh siksa yang lebih dahsyat
Ma’asyiral
Muslimin
Demikianlah
uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan marilah
kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita diterima. Semoga kita yang
disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti
cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan
semua. Amien
أعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ
بَارَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه
مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ
تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ
هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
Kedua:
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ
وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ
وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ
وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ !
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar